Judul
Buku : Negeri 5 Menara
Penulis : Ahmad Fuadi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tahun
Terbit : Juli 2009
Cetakan : I
Tebal
Buku : 424 halaman
Kategori : Novel Sastra
========================
Ketika
pertama kali melihat novel Negeri 5 Menara karangan Ahmad Fuadi saya teringat
"mantra" ajaib dinovel tersebut. Mantra itu adalah Man jadda
wajadda, mantra yang diajarkan kepada semua murid yang menempuh pendidikan
di pesantren Pondok Madani yang dikisahkan dalam novel tersebut. Kurang lebih
artinya barang siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan berhasil...!
Novel ini
bercerita tentang Alif seorang anak Minang yang awalnya setengah hati menempuh
pendidikan di pondok pesantren, karena ibunya memaksakan untuk melanjutkan
pendidikannya setelah SMP ke Pesantren Pondok Madani. Untuk anak seusianya Alif
sangat mengingikan melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Umum dengan beragam
bayangannya tentang keindahan masa-masa SMU. Gambaran mengenai kehidupan pondok
pesantren yang mungkin sebagian orang hanya mengira aktivitasnya hanya sholat
dan mengaji disempurnahkan dalam novel ini.
Alif Fikri yang berasal dari
Maninjau, Bukittinggi, adalah seorang anak desa yang sangat pintar. Ia dan
teman baiknya, Randai, memiliki mimpi yang sama: masuk ke SMA dan melanjutkan
studi di ITB, universitas bergengsi itu. Selama ini mereka bersekolah di
madrasah atau sekolah agama Islam. Mereka merasa sudah cukup menerima ajaran
Islam dan ingin menikmati masa remaja mereka seperti anak-anak remaja lainnya
di SMA. Alif mendapat nilai tertinggi di sekolahnya yang membuatnya merasa akan
lebih terbuka kesempatan untuk Amak (Ibu) memperbolehkannya masuk
sekolah biasa, bukan madrasah lagi. Namun Amak menghapus mimpinya masuk
SMA. “Beberapa orang tua menyekolahkan anaknya ke sekolah agama karena tidak
cukup uang untuk masuk ke SMP atau SMA. Lebih banyak lagi yang memasukkan
anaknya ke sekolah agama karena nilainya tidak cukup. Bagaimana kualitas para
buya, ustad, dan dai tamatan madrasah kita nanti? Bagaimana nasib Islam nanti?
Waang punya potensi yang tinggi. Amak berharap Waang menjadi pemimpin
agama yang mampu membina umatnya,” kata Amak yang membuat harapan anaknya masuk
SMA pupus.
Alif tidak pernah mengira bahwa
dirinya akan jadi santri PM yang disebut-sebut telah mencetak banyak ulama dan
intelektual muslim itu. Sebab, sejak kecil dia ingin menjadi ”Habibie”.
Baginya, Habibie tidak dalam arti seorang teknokrat genius, tapi sebuah profesi
sendiri lantaran dia sangat kagum pada tokoh itu. Itu sebabnya, Alif ingin
masuk SMA dan kelak melanjutkan pendidikan di ITB, sebagaimana riwayat
perjalanan intelektual Habibie. Namun, ibunda Alif menginginkan anaknya
mewarisi keulamaan Buya Hamka, ulama kondang yang lahir dan besar tidak jauh
dari Bayur, tanah kelahiran Alif.
Setelah menghadapi kegiatan belajar-mengajar
yang sedemikian padat dan aturan-aturan kedisiplinan ekstraketat di Pondok Madani
(PM), Alif (Padang), Atang (Bandung), Raja (Medan), Dulmajid (Sumenep), Said
(Mojokerto), dan Baso (Gowa) bersembunyi di bawah menara masjid PM, membangun
mimpi-mimpi masa depan dengan mantra ampuh yang sama-sama mereka percayai; man
jadda wajada (siapa yang bersungguh pasti akan sukses).Hanya beberapa bulan
waktu berbicara dengan bahasa Indonesia bagi santri-santri baru di PM, setelah
itu mereka wajib berbicara dalam bahasa Arab atau bahasa Inggris. Bila aturan
dilanggar, ganjarannya tidak main-main. Bila tidak digunduli, sekurang-kurangnya
bakal dapat jeweran berantai. Bahkan, bila pelanggarannya berat, santri bisa
dipulangkan. Saking kerasnya kemauan para sahibul-menara untuk menguasai percakapan
dalam dua bahasa asing tersebut, igauan dalam tidur mereka pun terungkap
dalam bahasa Arab.
Kelebihan
novel ini adalah mengubah pola pikir kita tentang kehidupan pondok yang hanya
belajar agama saja. Karena dalam novel ini selain belajar ilmu agama, ternyata
juga belajar ilmu umum seperti bahasa inggris, arab, kesenian dll. Pelajaran
yang dapat dipetik adalah jangan pernah meremehkan sebuah impian setinggi
apapun itu, karena allah Maha mendengar doa dari umatNya.
Novel ini
sangat layak dibaca oleh semua kalangan terutama remaja, karena inspiratif
serta menarik perhatian. Diharapkan dengan membaca novel Negeri 5 Menara dapat
menumbuhkan motivasi dalam belajar.
Orang berilmu dan beradap tidak akan
diam dikampung halaman
Tinnggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang
Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak kan keruh menggenang
Singa jika tak akan tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran
jika matahari diorbitnya tidak bergerak dan terus diam
tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang
Biji emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika didalam hutan.
(Imam Safii)